Thursday, 22 February 2018

SANG JUARA


Suatu hari, ada seorang anak laki-laki ikut serta dalam sebuah perlombaan balap-balapan. Suasana sangat ceria saat itu. Karena hari ini merupakan babak final. Peserta hanya tersisa 4 orang lagi, dan setiap anak dengan bangga memamerkan mobil mainannya masing-masing.

Ada seorang anak bernama Mark. Mobilnya terlihat biasa saja, tidak nampak ada keistimewaan. Namun ia termasuk salah satu dari ke empat anak yang masuk dalam final kali ini. Jika dibandingkan dengan mobil lawan-lawannya, mobil Mark lah yang paling tidak sempurna. Bahkan beberapa anak, nampak meremehkan mobil-mobilan Mark dan menganggapnya takkan mampu melawan mobil-mobilan mereka.

Yah, mobilan Mark tidaklah begitu menarik. Hanya terbuat dari kayu dan nampak sangat sederhana, dengan sedikit lampu yang bisa berkedip diatasnya. Sangat tidak sebanding dengan mobil-mobilan anak lainnya yang nampak mewah dengan berbagai hiasan. Namun Mark sangat Bangga dengan mobil-mobilannya, sebab mobil-mobilan itu merupakan buatan tangannya sendiri.

Tibalah saat yang dinanti-nantikan. Final kejuaraan mobil balap mainan. Setiap anak mulai bersiap mengambil posisi masing-masing pada garis start, untuk mendorong mobil-mobilan mereka dengan kencang. Disetiap jalur lintasan, telah bersiap 4 mobil yang siap bertarung, juga dengan keempat "pembalap" kecilnya. Lintasannya berbentuk melingkar dengan 4 jalur, satu jalur untuk setiap mobil-mobilan.

Namun, sesaat kemudian, Mark meminta waktu sebentar sebelum lomba dimulai. Mulutnya nampak berkomat-kamit seperti sedang merapalkan sesuatu. Matanya ia pejamkan, dengan tangan disatukan nampak seperti sedang berdoa. Lalu kemudian, ia berkata, "Ya, aku siap."

"Dor..." Tanda perlombaan sudah dimulai pun sudah berbunyi. Dengan satu hentakan yang kuat, setiap anak berusaha mendorong mobilnya masing-masing. Mobilpun meluncur dengan cepat. Para penonton mulai bersorak sorai memberikan semangat kepada para peserta. Mereka begitu bersemangat menjagokan mobilnya masng-masing. "Ayo.... Cepat.... Cepat....", begitu teriak mereka.  Dan...... Pemenangnya harus ditentukan, tali lintasan fininsh telah tersentuh, dan yang menyentuhnya pertama kali adalah Mark, sehingga Mark lah yang ,menjadi pemenangnya. Semua merasa senang, baik penonton maupun para peserta, begitu juga halnya dengan Mark.

Saat Pembagian Hadiah berupa Piala, Mark pun maju ke depan dengan bangga. Namun, sebelum hadiahnya diserahkan, ketua panitian bertanay kepadanya,"Hai Jagoan, pasti tadi kamu berdoa agar menang ya?" Mark terdiam. "Bukan Pak, bukan itu yang aku panjatkan.""Aku hanya meminta kepada Tuhan supaya aku tidak menangis jika aku kalah." Semua hadirin terdiam mendengar itu. Baru kemudian, terdengarlah gemuruh tepuk tangan yang membuat mereka semua merasa bangga.





Saturday, 30 December 2017

Perlahan menapaki sukses merupakan kenikmatan



Saat belum ada penjualan, kita nikmati saat-saat gigih menawarkan barang dagangan agar orang orang percaya atas jualan kita.

Saat masih sepi orang yang datang ke tempat usaha kita. Kita nikmati saat-saat sendiri sambil menunggu pelanggan, dan berusaha mengukir senyuman pada setiap orang yang lalu lalang.

Saat tagihan jatuh tempo, kita nikmati saat-saat kepepet, bagaimana mengakali si tukang tagih agar mengerti akan keadaan kita.

Saat tidak ada uang,kita nikmati kala mencari cari, dimana mendapatkan pinjaman. Mencoba mengais ngais nama  kenalan, maupun sanak saudara. Siapa yang kira-kira bisa meminjami kita, coba lagi menikmati merendahkan diri agar sikawan kiranya mau meminjamkan uang miliknya untuk kita pakai.

Itulah nikmatnya menapaki usaha sedari yang kecil, itu akan menjadi kenangan dan pebelajaran yang bisa kita ukirkan.

Dengan menapaki usaha dari yang kecil, akan banyak memberikan pembelajaran kepada kita. Dan akan menempa kita menjadi pribadi yag penuh perhitungan atas masalah yang akan kita hadapi. Dengan usaha yang kecil dahulu, maka masalah yang timbul pun pasti akan kecil, sehingga menjadi latihan bagi kita untuk menghadapi tantangan yang lebih besar.

Thursday, 28 December 2017

Istighfar Yang Mengabulkan Do'a


Saya pernah mendengar sebuah kisah. Kisah salah seoang Imam Mazhab, yang kalau gak salah Imam Ahmad Bin Hambal. Begini kisahnya.

Adalah Imam Ahmad Bin Hambal, suatu masa selalu merasa ingin berkunjung ke suatu kota yang jauh dari kota kediamannya. Padahal pada kota tersebut tidak ada seorang pun yang dikenali beliau. Tapi entah kenapa, keinginan untuk berkunjung amat sangat menggebu-gebu. Sampai-sampai keinginan itu seolah tidak dapat ditunda lagi.

Berbekal keyakinan dan ketaqwaan kepada Allah, berangkatlah Imam Ahmad ke kota dimaksud. Melalui perjalanan panjang berhari-hari. Karena pada waktu itu belum ada kenderaan, Jadilah perjalanan Imam Ahmad memakan waktu beberapa hari, hingga membuat tubuhnya amat kelelahan.

Berbekal "Innamal A’malu Binniyat", sampailah Imam Ahmad ke Kota tujuannya. Karena tidak ada orang yang dikenal di Kota tersebut, maka tempat pertama yang dia tuju adalah mesjid. Dan kebetulan telah tiba waktu Shalat Maghrib, maka shalatlah Imam Ahmad pada mesjid tersebut, dan melanjutkan zikir hingga menjelang Shalat Isya. Dan kemudian dilanjutkan dengan Shalat Isya.

Karena merasa capek dalam menempuh perjalannya, selesai shalat Isya, Imam Ahmad langsung merebahkan diri di dalam mesjid di dekat dinding. Hingga sang marbot (pengurus mesjid) menegornya.

"Hai syeikh, apa yang kamu lakukan?" Kata marbot. Syeikh merupakan kata yang digunakan untuk memanggil orangtua. Sang Marbot ternyata tidak mengenali Imam Ahmad. Padahal, saat itu nama Imam Ahmad sudah mahsyur di seantero negeri. Tapi masyarakat hanya tahu namanya, tapi tidak banyak yang mengenali wajahnya.

"Saya Musyafir, hanya ingin menumpang tidur didalam mesjid." Jawab Imam Ahmad

"Tidak Boleh." Kata marbot tegas.

Kemudian Imam Ahmad pun keluar dan kemudian merebahkan diri di Teras Mesjid. Lalu sang marbot tiba-tiba berkata,

"Hai Syeikh, apalagi yang kamu lakukan disini?"

"Saya Musyafir, hanya ingin menumpang tidur" Jawab Imam Ahmad lagi.

"Tidak Boleh." Kata marbot lagi.

"Kalau didalam mesjid tidak boleh, di teras pun tidak boleh." sambungnya.

Kemudian Imam Ahmad pun, keluar dari mesjid. Padahal seandainya dia mau memperkenalkan siapa dirinya, tentu si marbot pasti akan sangat menghormatinya, dan kemungkinan besar malah akan dijamu di rumahnya. Tapi hal itu tidak mau dilakukan Imam Ahmad. Karena kezuhudannya, beliau tidak mau orang lain terlalu menghormatinya.

Ternyata peristiwa tersebut sedang diperhatikan oleh seorang penjual roti, diseberang jalan. Melihat Imam Ahmad keluar dari mesjid, penjual roti pun langsung memanggilnya.

"Hai Syeikh, kemarilah" Panggil si penjual roti.

Imam Ahmad kemudian mendekat dan Mengucapkan Salam.

" Assalamu 'Alaikum Warahmatullah"

"Wa'alaikum salam warahmatullah" Jawab penjual roti.

"Masuklah Syeikh, kebetulan saya memiliki kamar yang kosong. Kamu boleh menginap disini." Sambung penjual roti. Ternyata dia pun tidak mengenali Imam Ahmad.

"Alhamdulillah, Terimakasih." Kata Imam Ahmad

Imam Ahmad pun masuk dan menuju kamar yang ditunjukkan penjual roti.

Meskipun hari sudah malam, ternyata si penjual roti masih sibuk dengan pekerjaannya. Imam Ahmad memperhatikannya. Beliau melihat si Penjual Roti sedikit berbicara. Dia hanya berbicara seperlunya kalau ditanya. Setelah itu, bibirnya nampak bergerak gerak mengucapkan sesuatu.

"Apa yang kamu ucapkan?" Tanya Imam Ahmad.

"Oh... Saya hanya membaca Istighfar." Kata penjual roti.

"Sudah berapa lama kamu melakukan itu?" Tanya Imam Ahmad 

"Sudah Lebih dari 40 Tahun." Jawabnya

"Apa manfaat yang kamu peroleh dengan melakukan itu?" Tanya Imam Ahmad lagi.

"Tiada satu pun yang inginkan kecuali telah di Kabulkan Allah." Jawabnya.

"Kecuali satu hal lagi, yang hingga kini belum Allah kabulkan." Sambungnya kemudian.

"Apa itu?" Tanya Imam Ahmad Penasaran.

"Aku ingin bertemu dengan Imam Ahmad Bin Hambal." Jawabnya.

"ALLAHU AKBAR" Teriak Imam Ahmad, kemudian memeluk Penjual Roti.

"Saudaraku, ternyata Istighfar-mulah yang telah memanggilku kemari."

"Istighfar-mulah yang telah membuat Allah memaksaku untuk datang kemari."

"Saudaraku. Akulah Ahmad Bin Hambal."

Penjual Roti pun kemudian membalas pelukan Imam Ahmad. Sambil menangis mengucap syukur kepada Allah.

******

Saudaraku, marilah kita perbanyak Istigfar kepada Allah. Semoga dengan Istighfar yang selalu kita lantunkan, Allah berkenan mempermudah hajat kita. Aamiin.