Saturday, 30 December 2017

Perlahan menapaki sukses merupakan kenikmatan



Saat belum ada penjualan, kita nikmati saat-saat gigih menawarkan barang dagangan agar orang orang percaya atas jualan kita.

Saat masih sepi orang yang datang ke tempat usaha kita. Kita nikmati saat-saat sendiri sambil menunggu pelanggan, dan berusaha mengukir senyuman pada setiap orang yang lalu lalang.

Saat tagihan jatuh tempo, kita nikmati saat-saat kepepet, bagaimana mengakali si tukang tagih agar mengerti akan keadaan kita.

Saat tidak ada uang,kita nikmati kala mencari cari, dimana mendapatkan pinjaman. Mencoba mengais ngais nama  kenalan, maupun sanak saudara. Siapa yang kira-kira bisa meminjami kita, coba lagi menikmati merendahkan diri agar sikawan kiranya mau meminjamkan uang miliknya untuk kita pakai.

Itulah nikmatnya menapaki usaha sedari yang kecil, itu akan menjadi kenangan dan pebelajaran yang bisa kita ukirkan.

Dengan menapaki usaha dari yang kecil, akan banyak memberikan pembelajaran kepada kita. Dan akan menempa kita menjadi pribadi yag penuh perhitungan atas masalah yang akan kita hadapi. Dengan usaha yang kecil dahulu, maka masalah yang timbul pun pasti akan kecil, sehingga menjadi latihan bagi kita untuk menghadapi tantangan yang lebih besar.

Thursday, 28 December 2017

Istighfar Yang Mengabulkan Do'a


Saya pernah mendengar sebuah kisah. Kisah salah seoang Imam Mazhab, yang kalau gak salah Imam Ahmad Bin Hambal. Begini kisahnya.

Adalah Imam Ahmad Bin Hambal, suatu masa selalu merasa ingin berkunjung ke suatu kota yang jauh dari kota kediamannya. Padahal pada kota tersebut tidak ada seorang pun yang dikenali beliau. Tapi entah kenapa, keinginan untuk berkunjung amat sangat menggebu-gebu. Sampai-sampai keinginan itu seolah tidak dapat ditunda lagi.

Berbekal keyakinan dan ketaqwaan kepada Allah, berangkatlah Imam Ahmad ke kota dimaksud. Melalui perjalanan panjang berhari-hari. Karena pada waktu itu belum ada kenderaan, Jadilah perjalanan Imam Ahmad memakan waktu beberapa hari, hingga membuat tubuhnya amat kelelahan.

Berbekal "Innamal A’malu Binniyat", sampailah Imam Ahmad ke Kota tujuannya. Karena tidak ada orang yang dikenal di Kota tersebut, maka tempat pertama yang dia tuju adalah mesjid. Dan kebetulan telah tiba waktu Shalat Maghrib, maka shalatlah Imam Ahmad pada mesjid tersebut, dan melanjutkan zikir hingga menjelang Shalat Isya. Dan kemudian dilanjutkan dengan Shalat Isya.

Karena merasa capek dalam menempuh perjalannya, selesai shalat Isya, Imam Ahmad langsung merebahkan diri di dalam mesjid di dekat dinding. Hingga sang marbot (pengurus mesjid) menegornya.

"Hai syeikh, apa yang kamu lakukan?" Kata marbot. Syeikh merupakan kata yang digunakan untuk memanggil orangtua. Sang Marbot ternyata tidak mengenali Imam Ahmad. Padahal, saat itu nama Imam Ahmad sudah mahsyur di seantero negeri. Tapi masyarakat hanya tahu namanya, tapi tidak banyak yang mengenali wajahnya.

"Saya Musyafir, hanya ingin menumpang tidur didalam mesjid." Jawab Imam Ahmad

"Tidak Boleh." Kata marbot tegas.

Kemudian Imam Ahmad pun keluar dan kemudian merebahkan diri di Teras Mesjid. Lalu sang marbot tiba-tiba berkata,

"Hai Syeikh, apalagi yang kamu lakukan disini?"

"Saya Musyafir, hanya ingin menumpang tidur" Jawab Imam Ahmad lagi.

"Tidak Boleh." Kata marbot lagi.

"Kalau didalam mesjid tidak boleh, di teras pun tidak boleh." sambungnya.

Kemudian Imam Ahmad pun, keluar dari mesjid. Padahal seandainya dia mau memperkenalkan siapa dirinya, tentu si marbot pasti akan sangat menghormatinya, dan kemungkinan besar malah akan dijamu di rumahnya. Tapi hal itu tidak mau dilakukan Imam Ahmad. Karena kezuhudannya, beliau tidak mau orang lain terlalu menghormatinya.

Ternyata peristiwa tersebut sedang diperhatikan oleh seorang penjual roti, diseberang jalan. Melihat Imam Ahmad keluar dari mesjid, penjual roti pun langsung memanggilnya.

"Hai Syeikh, kemarilah" Panggil si penjual roti.

Imam Ahmad kemudian mendekat dan Mengucapkan Salam.

" Assalamu 'Alaikum Warahmatullah"

"Wa'alaikum salam warahmatullah" Jawab penjual roti.

"Masuklah Syeikh, kebetulan saya memiliki kamar yang kosong. Kamu boleh menginap disini." Sambung penjual roti. Ternyata dia pun tidak mengenali Imam Ahmad.

"Alhamdulillah, Terimakasih." Kata Imam Ahmad

Imam Ahmad pun masuk dan menuju kamar yang ditunjukkan penjual roti.

Meskipun hari sudah malam, ternyata si penjual roti masih sibuk dengan pekerjaannya. Imam Ahmad memperhatikannya. Beliau melihat si Penjual Roti sedikit berbicara. Dia hanya berbicara seperlunya kalau ditanya. Setelah itu, bibirnya nampak bergerak gerak mengucapkan sesuatu.

"Apa yang kamu ucapkan?" Tanya Imam Ahmad.

"Oh... Saya hanya membaca Istighfar." Kata penjual roti.

"Sudah berapa lama kamu melakukan itu?" Tanya Imam Ahmad 

"Sudah Lebih dari 40 Tahun." Jawabnya

"Apa manfaat yang kamu peroleh dengan melakukan itu?" Tanya Imam Ahmad lagi.

"Tiada satu pun yang inginkan kecuali telah di Kabulkan Allah." Jawabnya.

"Kecuali satu hal lagi, yang hingga kini belum Allah kabulkan." Sambungnya kemudian.

"Apa itu?" Tanya Imam Ahmad Penasaran.

"Aku ingin bertemu dengan Imam Ahmad Bin Hambal." Jawabnya.

"ALLAHU AKBAR" Teriak Imam Ahmad, kemudian memeluk Penjual Roti.

"Saudaraku, ternyata Istighfar-mulah yang telah memanggilku kemari."

"Istighfar-mulah yang telah membuat Allah memaksaku untuk datang kemari."

"Saudaraku. Akulah Ahmad Bin Hambal."

Penjual Roti pun kemudian membalas pelukan Imam Ahmad. Sambil menangis mengucap syukur kepada Allah.

******

Saudaraku, marilah kita perbanyak Istigfar kepada Allah. Semoga dengan Istighfar yang selalu kita lantunkan, Allah berkenan mempermudah hajat kita. Aamiin.

Saturday, 16 December 2017

Kisahku. Perjalanan Usaha ini (Pixelsoft Muaratas) 2


Ya, pilihan itu jatuh ke Usaha Rental Plasystation. Jenis usaha yang justru mendapat penolakan dari hampir 80% masyarakat. Tidak terkecuali di Desa Muaratais I ini. Karena umum diketahui masyarakat, banyak Rental Playstation, justru menjadi awal munculnya kenakalan anak-anak. Kenakalan anak-anak lho, bukan hanya kenakalan remaja. Tapi disitulah tantangannya.

Baru sebatas ide, penolakan sudah terjadi atas rencana ini. Penolakannya bukan dari masyarakat lho. Justru penolakan kenceng datang dari dalam. Dari keluarga. Mulai dari ibu, abang, dan yang paling getol dari kakak (saudara perempuan) yang paling memiliki alasan logis atas penolakan ini. Harap maklum, saat rencana usaha ini muncul, sang kakak sudah sudah sah menjadi seorang hakim.  Jadi tahu sendiri lah bagaimana argumentasinya menolak rencana usaha saya ini.

Terus, bagaimana kelanjutannya?

Tenang... Kita Lanjutkan.

Rencana membuka Rental ini sudah matang saya pikirkan. Satu pedoman awal kenapa usaha ini yang saya pilih, karena menurut saya, inilah usaha yang mungkin lebih cepat mendatangkan profit (pendapatan). Walaupun mungkin bukan usaha yang bagus untuk jangka pajang,tapi dalam hal mendatangkan hasil, usaha ini terbilang cepat, tapi dengan resiko tinggi dapat merusak anak-anak. Serta jika tidak hati-hati justru dapat menjadi sentralnya kenakalan anak-anak.

Perlahan-lahan, saya menjelaskan bagaimana saya akan menjalankan usaha ini, kepada ibu juga kepada saudara, terutama kakak. Dengan panjang lebar, bahwa usaha ini akan saya jalankan tanpa harus merusak anak-anak. Alhamdulillah, akhirnya semua mulai setuju.

Bagaimana ceritanya, Rental Playstation tidak merusak anak-anak?
Penasaran ya?

Dalam menjalankan usaha ini, saya akan menerapkan peraturan ketat, yang harus saya patuhi, dan juga harus dapat dipatuhi oleh pengunjung rental nantinya. Apa saja itu?

Yang pertama, melarang dengan ketat, segala bentuk PERJUDIAN. Baik dalam bentuk tersamar maupun secara terang-terangan. Misalnya, kalau di Desa ini, ada istilah "mardotek". Yaitu membuat pertandingan bola antar dunia, atau antar klub yang dioperasikan secara otomatis oleh konsol playstation, sehingga anak-anak seolah-olah sedang menyaksikan pertandingan langsung. Nah, disinalah mereka memanfaatkan pertandingan ini sebagai ARENA JUDI. Untuk teknisnya saya secara pribadi kurang paham, karena yang jelas, setiap ada indikasi akan terjadinya perjudian, akan langsung saya larang.

Yang kedua, menerapkan peraturan, tidak boleh masuk ke area rental dengan menggunakan baju sekolah. Karena, bagaimana pun saya tidak akan mau di CAP sebagai PERUSAK. Sehingga meminimalisir anak-anak bolos sekolah yang ingin bersantai di tempat rental.

Yang Ketiga, Menerapkan waktu maghrib sebagai batas anak-anak boleh me-rental playstation, dan rental tutup sementara. Sehingga setiap waktu maghrib tiba, kita seolah "memaksa" anak-anak agar pulang ke rumah, dan tidak berkeliaran.

Yang keempat, Waktu rental anak-anak disaat malam, hanya sampai jam 08.00 malam, sehingga setelah jam itu, tempat rental bersih dari anak-anak.

Dengan adanya persetujuan dari internal keluarga akan usaha ini, barulah kemudian saya mulai mencari info mengenai bangunan ruko yang ada dipersimpangan itu, harga sewa, waktu sewa dan bagaimana sistem kontrak yang diterapkan abang pemilik kontrakan.

Ternyata pemilik kontrakan cukup baik hati, mereka medukung segala jenis usaha asalkan yakin takkan merusak genarasi muda, dan tidak menjual barang haram.

Setelah hampir sebulan kesana kemari cari info-info tentang usaha ini, mulai dari nyari Konsol PS-nya, Televisi, serta segala perlengkapannya, akhirnya Tanggal 05 April 2008, rental Playstation ini resmi saya buka, dan mulailah saya merajut kehidupan sebagai seorang wiraswastawan. Perjuangan bagaimana, Memulai usaha dengan modal minim, mungkin nanti akan saya bahas. Karena sebenarnya, usaha rental ini saya dirikan hanya dengan MODAL NEKAT.

Terus, apakah masalah selesai?

Ternyata tidak, masih ada masalah yang lebih besar lagi. apa Itu?

DILAPORKAN KE KECAMATAN.

Bagaimana ceritanya?

Nanti kita lanjut ya.... Soalnya ada pekerjaan lain yang mesti dikerjakan.. hehehe.



Tuesday, 12 December 2017

Kisahku. Perjalanan Usaha ini (Pixelsoft Muaratas) 1

 Dulu, masih segar dalam ingatanku. Saat pertama kali ingin merintis usaha ini.
Ya... sebagai perantauan yang pulang kampung karena orangtua meninggal dunia, menjadikanku sebagai perantau gagal yang tidak bisa membawa apa-apa saat pulang kampung, kecuali hanya secuil ilmu komputer.Ya, hanya secuil.



Secuil dalam arti sebenarnya ya. Pokoknya hanya mampu mengoperasikanlah. Masih ingat waktu itu, pertama kali membeli komputer, dalam satu bulan, si kompi dah "masuk RS" sebanyak 3 kali. Hehehe... Dan sedikit edit-edit photo. Maklum, sewaktu jadi perantauan dulu, cuma mampu beli komputer bekas itu pun cuma sekelas pentium 3. Yang dengan keterbatasanya akan terseok seok membuka aplikasi photoshop. Lola... Alias Loading Lama.

Di desa tercinta Muaratais 1, sesudah selesainya segala sesuatu terkait prosesi pemakaman dan pengajian selepas meninggalnya ayah, bersama saudara, kami melanjutkan usaha yang dulu pernah digeluti ayah. Sebagai pengepul hasil bumi. Seperti kakao, buah pinang, dan juga kemiri.

Mengingat usaha ini tidak mungkin selamanya akan kami usahakan berdua, karena suatu saat nanti pasti kami akan berkeluarga, saya memberanikan diri untuk meninggalkan usaha tersebut, dan menyerahkan sepenuhnya usaha tersebut kepada adik saya. Biarlah saya sebagai kakak, mengalah dan mencari usaha lain agar adik saya tidak perlu lagi bersusah payah lagi membangun usaha baru. Mengingat usaha yang dijalankan Almarhum Ayah dulu cukup berjalan sukses untuk ukuran di Desa tempat kami tinggal.
Mulailah saya melihat-lihat peluang usaha di Desa ini. Hal pertama yang saya lakukan waktu itu cari lokasi. Yang kebetulan saat itu dipersimpangan desa ada bangunan ruko yang sedang dibangun. Belum selesai sama sekali. Baru selesai satu ruko, yang lain baru sekedar pondasi, dari total 8 ruko.

Entah kenapa, jiwa wiraswasta dari dalam diri saya bangkit melihat bangunan ini. Mencoba menerka-nerka peluang usaha yang memungkin di desa kami ini. Maklum, mayoritas masyarakat di Desa ini hanyalah petani. Hanya ,mengandalkan penghasilannya dari mengolah persawahan, sepetak tanah pertanian serta menjadi buruh tani. Satu dua orang ada lah yang berprofesi sebagai Pegawai Negeri Sipil.

Pikiran mulai menari-nari, menghitung untung rugi, mempertimbangkan tanggapan masyarakat, serta peluang jangka panjang. Karena bagaimanapun, usaha yang baik adalah usaha yang mampu bertahan dalam jangka panjang, dan serta memenuhi kebutuhan masyarakat serta jauh dari kemungkinan dipandang negatif.

Akhirnya, jatuhlah pilihan untuk membuka Usaha Rental Playstation (PS2).

 Lho..... kok malah Playstation?

Bukankah jenis usaha ini justru merupakan usaha yang 80% mendapat tanggapan negatif dari masyarakat?

Inilah tantangannya, nanti kita lanjut kisahnya ya.... Wassalamu Alaikum.




Saturday, 2 December 2017

Memulai Usaha

Sering terdengar kalimat dari seseorang yang ingin memulai usaha, "Gak tahu mau usaha apa". Padahal ada begitu banyak peluang disekitar kita. Tergantung kita meihatnya dari sudut pandang mana.


Jika kita mau menggali diri, ada banyak peluang usaha yang bisa kita ambil. Misal ada teman yang menunjukkan kepada saya gambar Paralon yang diolah menjadi lampu hias. Atau misalnya ada teman yang memanfaatkan lahan satu meternya dengan menanaminya dengan sayur sawi. Atau ada tetangga dikampung sebelah yang memelihara ayam kampung dan menjual telur nya.

Jadi sebenarnya, bukan usahanya yang tidak ada. Tapi kitalah yang terlalu membatasi diri kita atas peluang disekitar kita.