Saya pernah mendengar sebuah kisah. Kisah salah seoang Imam Mazhab, yang kalau gak salah Imam Ahmad Bin Hambal. Begini kisahnya.
Adalah Imam Ahmad Bin Hambal, suatu masa selalu merasa ingin berkunjung ke suatu kota yang jauh dari kota kediamannya. Padahal pada kota tersebut tidak ada seorang pun yang dikenali beliau. Tapi entah kenapa, keinginan untuk berkunjung amat sangat menggebu-gebu. Sampai-sampai keinginan itu seolah tidak dapat ditunda lagi.
Berbekal keyakinan dan ketaqwaan kepada Allah, berangkatlah Imam Ahmad ke kota dimaksud. Melalui perjalanan panjang berhari-hari. Karena pada waktu itu belum ada kenderaan, Jadilah perjalanan Imam Ahmad memakan waktu beberapa hari, hingga membuat tubuhnya amat kelelahan.
Berbekal "Innamal A’malu Binniyat", sampailah Imam Ahmad ke Kota tujuannya. Karena tidak ada orang yang dikenal di Kota tersebut, maka tempat pertama yang dia tuju adalah mesjid. Dan kebetulan telah tiba waktu Shalat Maghrib, maka shalatlah Imam Ahmad pada mesjid tersebut, dan melanjutkan zikir hingga menjelang Shalat Isya. Dan kemudian dilanjutkan dengan Shalat Isya.
Karena merasa capek dalam menempuh perjalannya, selesai shalat Isya, Imam Ahmad langsung merebahkan diri di dalam mesjid di dekat dinding. Hingga sang marbot (pengurus mesjid) menegornya.
"Hai syeikh, apa yang kamu lakukan?" Kata marbot. Syeikh merupakan kata yang digunakan untuk memanggil orangtua. Sang Marbot ternyata tidak mengenali Imam Ahmad. Padahal, saat itu nama Imam Ahmad sudah mahsyur di seantero negeri. Tapi masyarakat hanya tahu namanya, tapi tidak banyak yang mengenali wajahnya.
"Saya Musyafir, hanya ingin menumpang tidur didalam mesjid." Jawab Imam Ahmad
"Tidak Boleh." Kata marbot tegas.
Kemudian Imam Ahmad pun keluar dan kemudian merebahkan diri di Teras Mesjid. Lalu sang marbot tiba-tiba berkata,
"Hai Syeikh, apalagi yang kamu lakukan disini?"
"Saya Musyafir, hanya ingin menumpang tidur" Jawab Imam Ahmad lagi.
"Tidak Boleh." Kata marbot lagi.
"Kalau didalam mesjid tidak boleh, di teras pun tidak boleh." sambungnya.
Kemudian Imam Ahmad pun, keluar dari mesjid. Padahal seandainya dia mau memperkenalkan siapa dirinya, tentu si marbot pasti akan sangat menghormatinya, dan kemungkinan besar malah akan dijamu di rumahnya. Tapi hal itu tidak mau dilakukan Imam Ahmad. Karena kezuhudannya, beliau tidak mau orang lain terlalu menghormatinya.
Ternyata peristiwa tersebut sedang diperhatikan oleh seorang penjual roti, diseberang jalan. Melihat Imam Ahmad keluar dari mesjid, penjual roti pun langsung memanggilnya.
"Hai Syeikh, kemarilah" Panggil si penjual roti.
Imam Ahmad kemudian mendekat dan Mengucapkan Salam.
" Assalamu 'Alaikum Warahmatullah"
"Wa'alaikum salam warahmatullah" Jawab penjual roti.
"Masuklah Syeikh, kebetulan saya memiliki kamar yang kosong. Kamu boleh menginap disini." Sambung penjual roti. Ternyata dia pun tidak mengenali Imam Ahmad.
"Alhamdulillah, Terimakasih." Kata Imam Ahmad
Imam Ahmad pun masuk dan menuju kamar yang ditunjukkan penjual roti.
Meskipun hari sudah malam, ternyata si penjual roti masih sibuk dengan pekerjaannya. Imam Ahmad memperhatikannya. Beliau melihat si Penjual Roti sedikit berbicara. Dia hanya berbicara seperlunya kalau ditanya. Setelah itu, bibirnya nampak bergerak gerak mengucapkan sesuatu.
"Apa yang kamu ucapkan?" Tanya Imam Ahmad.
"Oh... Saya hanya membaca Istighfar." Kata penjual roti.
"Sudah berapa lama kamu melakukan itu?" Tanya Imam Ahmad
"Sudah Lebih dari 40 Tahun." Jawabnya
"Apa manfaat yang kamu peroleh dengan melakukan itu?" Tanya Imam Ahmad lagi.
"Tiada satu pun yang inginkan kecuali telah di Kabulkan Allah." Jawabnya.
"Kecuali satu hal lagi, yang hingga kini belum Allah kabulkan." Sambungnya kemudian.
"Apa itu?" Tanya Imam Ahmad Penasaran.
"Aku ingin bertemu dengan Imam Ahmad Bin Hambal." Jawabnya.
"ALLAHU AKBAR" Teriak Imam Ahmad, kemudian memeluk Penjual Roti.
"Saudaraku, ternyata Istighfar-mulah yang telah memanggilku kemari."
"Istighfar-mulah yang telah membuat Allah memaksaku untuk datang kemari."
"Saudaraku. Akulah Ahmad Bin Hambal."
Penjual Roti pun kemudian membalas pelukan Imam Ahmad. Sambil menangis mengucap syukur kepada Allah.
******
Saudaraku, marilah kita perbanyak Istigfar kepada Allah. Semoga dengan Istighfar yang selalu kita lantunkan, Allah berkenan mempermudah hajat kita. Aamiin.