Ya, pilihan itu jatuh ke Usaha Rental Plasystation.
Jenis usaha yang justru mendapat penolakan dari hampir 80% masyarakat. Tidak terkecuali
di Desa Muaratais I ini. Karena umum diketahui masyarakat, banyak Rental Playstation,
justru menjadi awal munculnya kenakalan anak-anak. Kenakalan anak-anak lho, bukan
hanya kenakalan remaja. Tapi disitulah tantangannya.
Baru sebatas ide, penolakan sudah terjadi atas rencana
ini. Penolakannya bukan dari masyarakat lho. Justru penolakan kenceng datang dari
dalam. Dari keluarga. Mulai dari ibu, abang, dan yang paling getol dari kakak (saudara
perempuan) yang paling memiliki alasan logis atas penolakan ini. Harap maklum, saat
rencana usaha ini muncul, sang kakak sudah sudah sah menjadi seorang hakim. Jadi tahu sendiri lah bagaimana argumentasinya
menolak rencana usaha saya ini.
Terus, bagaimana kelanjutannya?
Tenang... Kita Lanjutkan.
Rencana membuka Rental ini sudah matang saya pikirkan.
Satu pedoman awal kenapa usaha ini yang saya pilih, karena menurut saya, inilah
usaha yang mungkin lebih cepat mendatangkan profit (pendapatan). Walaupun mungkin
bukan usaha yang bagus untuk jangka pajang,tapi dalam hal mendatangkan hasil, usaha
ini terbilang cepat, tapi dengan resiko tinggi dapat merusak anak-anak. Serta jika
tidak hati-hati justru dapat menjadi sentralnya kenakalan anak-anak.
Perlahan-lahan, saya menjelaskan bagaimana saya akan
menjalankan usaha ini, kepada ibu juga kepada saudara, terutama kakak. Dengan panjang
lebar, bahwa usaha ini akan saya jalankan tanpa harus merusak anak-anak. Alhamdulillah,
akhirnya semua mulai setuju.
Bagaimana ceritanya, Rental Playstation tidak merusak
anak-anak?
Penasaran ya?
Dalam menjalankan usaha ini, saya akan menerapkan
peraturan ketat, yang harus saya patuhi, dan juga harus dapat dipatuhi oleh pengunjung
rental nantinya. Apa saja itu?
Yang pertama, melarang dengan ketat, segala bentuk
PERJUDIAN. Baik dalam bentuk tersamar maupun secara terang-terangan. Misalnya, kalau
di Desa ini, ada istilah "mardotek". Yaitu membuat pertandingan bola antar
dunia, atau antar klub yang dioperasikan secara otomatis oleh konsol playstation,
sehingga anak-anak seolah-olah sedang menyaksikan pertandingan langsung. Nah, disinalah
mereka memanfaatkan pertandingan ini sebagai ARENA JUDI. Untuk teknisnya saya secara
pribadi kurang paham, karena yang jelas, setiap ada indikasi akan terjadinya perjudian,
akan langsung saya larang.
Yang kedua, menerapkan peraturan, tidak boleh masuk
ke area rental dengan menggunakan baju sekolah. Karena, bagaimana pun saya tidak
akan mau di CAP sebagai PERUSAK. Sehingga meminimalisir anak-anak bolos sekolah
yang ingin bersantai di tempat rental.
Yang Ketiga, Menerapkan waktu maghrib sebagai batas
anak-anak boleh me-rental playstation, dan rental tutup sementara. Sehingga setiap
waktu maghrib tiba, kita seolah "memaksa" anak-anak agar pulang ke rumah,
dan tidak berkeliaran.
Yang keempat, Waktu rental anak-anak disaat malam,
hanya sampai jam 08.00 malam, sehingga setelah jam itu, tempat rental bersih dari
anak-anak.
Dengan adanya persetujuan dari internal keluarga akan
usaha ini, barulah kemudian saya mulai mencari info mengenai bangunan ruko yang
ada dipersimpangan itu, harga sewa, waktu sewa dan bagaimana sistem kontrak yang
diterapkan abang pemilik kontrakan.
Ternyata pemilik kontrakan cukup baik hati, mereka
medukung segala jenis usaha asalkan yakin takkan merusak genarasi muda, dan tidak
menjual barang haram.
Setelah hampir sebulan kesana kemari cari info-info
tentang usaha ini, mulai dari nyari Konsol PS-nya, Televisi, serta segala perlengkapannya,
akhirnya Tanggal 05 April 2008, rental Playstation ini resmi saya buka, dan mulailah
saya merajut kehidupan sebagai seorang wiraswastawan. Perjuangan bagaimana, Memulai
usaha dengan modal minim, mungkin nanti akan saya bahas. Karena sebenarnya, usaha
rental ini saya dirikan hanya dengan MODAL NEKAT.
Terus, apakah masalah selesai?
Ternyata tidak, masih ada masalah yang lebih besar
lagi. apa Itu?
DILAPORKAN KE KECAMATAN.
Bagaimana ceritanya?
Nanti kita lanjut ya.... Soalnya ada pekerjaan lain
yang mesti dikerjakan.. hehehe.
No comments:
Post a Comment